Laman

Rabu, 20 Desember 2017

Gerakan Lompatan Jauh ke Depan: Ambisi Mao Zedong dan Kehancuran Ekonomi China

Mao Zedong berkeinginan menjadikan China sebagai negara modern kelas satu di dunia. Ambisinya untuk membuat China bersaing melampaui Inggris dalam 15 tahun kedepan membuatnya merubah strategi pembangunan China. Pada mei 1958, Ia membuat gebrakan untuk membangkitkan ekonomi China lewat industrialisasi besar-besaran dengan memanfaatkan jumlah tenaga kerja murah.
Untuk melaksanakan Gerakan Lompatan Jauh ke Depan, pada tahun 1958 pemerintah Komunis China dibawah kepemimpinan Mao Zedong membentuk Komune Rakyat (Rentnin Gongse) di pedesaan. Komune Rakyat ini merupakan rancangan Pemerintah China sebagai mekanisme untuk memungkinkan terjadinya transisi dari tahap sosialis menuju komunisme. Secara teroritis, Komune Rakyat merupakan kesatuan usaha swadaya yang dapat memenuhi semua kebutuhan konsumsi, produksi, dan investasi masyarakat. Semua kegiatan ekonomi, politik, militer maupun kebudayaan diharapkan dapat dilakukan oleh Komune Rakyat sehingga perbedaan antar kelompok fungsional dapat dihapuskan. Seluruh China dibentuk unit- unit baru yang terdiri dari 2.000- 20.000 rumah tangga. Rakyat menjadi lebih mudah dikendalikan karena hidup dalam suatu sistem yang diorganisir dan tidak dibiarkan berinisiatif sendiri. Jika fungsi- fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik, diharapkan mampu mengembangkan pembangunan sektor pertanian dan industri secara bersama- sama(Leo Agung, 2012: 47).
Dalam pelaksanaannya, Gerakan Lompatan Jauh ke Depan ini ditandai dengan beberapa hal, antara lain:
1.      Mobilisasi tenaga kerja dalam skala besar untuk mengerjakan proyek-proyek pembangunan  yang telah ditentukan pemerintah dengan disertai pengawasan ketat oleh partai.
2.      Peranan intensif material dikurangi hingga batas seminimal mungkin.
3.      Kebutuhan pokok rakyat ditekan, termasuk dalam penyaluran makanan pada komune-komune.
4.      Segala bentuk usaha milik swasta diberhentikan dan diambil alih oleh negara.
5.      Pengarahan politik lebih dipertimbangkan dari pada pertimbangan teknis dan manajemen yang sehat.
6.      Target yang irasional dari pemerintah, baik kepada sektor pertanian maupun industri tanpa mempertimbangkan kemampuan rakyat.

Gerakan Lompatan Jauh ke Depan pada akhirnya memperlihatkan hasil yang bertolak belakang dari apa yang diharapkan Mao Zedong. Dari sektor pertanian, dengan adanya sistem komunal dan tuntutan produksi yang setiap tahun terus bertambah tinggi dan tidak masuk akal membuat rakyat menjadi kelaparan. Pemerintah China demi menghormati konraknya dengan pihak asing dan menjaga reputasi internasionalnya kemudian memutuskan untuk menaikkan kuota ekspor hingga pada tahun1960 memunculkan kebijakan “ekspor di atas segalanya”. Konsekuensi dari kebijakan politik itu berdampak pada meningkatnya jumlah gandum sebagai komoditas utama yang harus diserahkan kepada negara. Dampaknya adalah kehidupan penduduk desa menjadi hancur. Gandum hanya bisa diperoleh di beberapa kota sehingga desa- desa menjadi kelaparan(Frank Dikotter, 2012: 191).
Kelangkaan bahan makanan pokok juga diakibatkan oleh adanya bencana alam. Tercatat antara tahun 1960-1961 di provinsi Yunan sebanyak 70 ton bahan pangan lenyap dihantam kebakaran. Hal tersebut diperparah dengan manajemen penyimpanan yang buruk. Banyak gandum yang disimpan di gudang-gudang penyimpanan yang membusuk karena mengandung terlalu banyak air. Sistem transportasi juga mengalami imbasnya. Pada awal 1959, sistem kereta api banyak mengalami kelumpuhan karena kewalahan memenuhi tuntutan untuk mengangkut barang ke penjuru negeri menjadi semakin tinggi. Banyak kereta api yang cepat kehabisan bahan bakar yang mengakibatkan terputusnya pasokan benih ke beberapa penjuru negeri. Hal itu berakibat terhadap tidak adanya cukup benih untuk ditanam yang membuat banyak lahan menjadi terbengkalai(Frank Dikotter, 2012: 197).   

Sistem komune yang diterapkan pemerintah juga menemui banyak persoalan. Kepemilikan bersama terhadap seluruh alat-alat pertanian membuat perawatan alat- alat tersebut menjadi terbengkalai. Tidak ada yang benar-benar mau bertanggung jawab terhadap perawatan alat- alat produksi.hal itu ditambah dengan penggunaan peralatan secara diforsir mengakibatkan banyak peralatan pertanian cepat mengalami kerusakan.
Pada bidang industri juga mengalami permasalahan. Jumlah produksi yang dipaksakan untuk mencapai target yang tinggi sering kali menghasilkan barang dengan kualitas dibawah standar. Tercatat lebih dari 20 persen hasil barang produksi baja dalam kondisi cacat. Di provinsi Henan, separuh lebih dari baja yang diproduksi di pabrik termasuk kualitas tingkat kedua atau lebih jelek(Frank Dikotter, 2012: 209). Kualitas kebersihan yang buruk pada pabrik- pabrik pemerintah tersebut juga berdampak terhadap menurunnya kesehatan para buruh pekerja. Hal itu pada akhirnya berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas kerja para buruh.
Pelaksanaan gerakan Lompatan Jauh ke Depan yang kurang perhitungan dan terkesan dipaksakan menimbulkan banyak dampak terhadap kehidupan masyarakat China. Gerakan komunalisme China dinilai berlangsung terlalu cepat. Hal itu diperparah dengan tidak adanya kelembagaaan yang baik, tenaga ahli yang sangat terbatas serta perencanaan yang kurang matang menyebabkan gerakan Lompatan Jauh ke Depan mengalami kegagalan.  

Kelaparan yang terjadi terus meluas ke seluruh China. Kebanyakan dari mereka adalah para petani. Hal itu terjadi karena pemerintah lebih memprioritaskan masyarakat kota dari pada para petani di desa. Begitu parahnya krisis yang melanda kala itu sehingga ada yang menyebutnya “krisis besar”. Dalam krisis kelaparan itu tercatat lebih dari 10 juta penduduk China tewas. Krisis yang terus berlanjut hingga awal 1961 memaksa Mao Zedong menghentikan kebijakan ekonominya. Ia kemudian menyerahkan jabatannya kepada  presiden Liu.

DAFTAR PUSTAKA:
Agung, Leo, 2012, Sejarah Asia Timur 2, Yogyakarta: Penerbit Ombak
Dikoter, Frank, 2012, Kelaparan Hebat di Masa Mao,Diterjemahkan oleh: Noviatri, Jakarta: Elex Media Komputindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar